Tantangan Pembelajaran Abad 21 Bagi Guru dan Siswa


edukasinfo.com | Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat maju pada era digital abad 21 saat ini telah merubah pola hidup masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada semua aspek kehidupan masyarakat, baik dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti bersosialisasi, bekerja, belajar, maupun dalam bermain. Kemajuan TIK juga merubah sendi kehidupan lainnya, termasuk di bidang pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, pendidik, peserta didik, dan semua pihak terkait harus mampu beradaptasi dengan kemajuan tersebut guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidik diharuskan mampu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dan memanfaatkan teknologi sebagai penyelesaian masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran maupun dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, seorang pendidik diharapkan memahami karakteristik pembelajaran abad 21 dengan baik.


Faktanya, hingga saat ini masih ada guru yang mengajar hanya dengan memberikan materi, fakta, prosedur, rumus, penelitian, teori, cerita, maupun informasi. Metode mengajar guru yang demikian di era abad 21 merupakan cara yang kuno, usang, dan ketinggalan zaman. Mestinya pembelajaran era digital Abad 21 ini, siswa diarahkan untuk menemukan informasi sendiri pada setiap hal, setiap waktu, dan di berbagai tempat melalui internet, telepon, televisi, dan sebagainya.

Siswa dapat menggali informasi yang sangat tidak terbatas yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti kehadiran google, youtube, wikipedia, dan lain-lain. Dengan demikian, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar utama. Peran guru menjadi lebih efektif dengan menjadi fasilitaor dalam pembelajaran di kelas.

Sebagai fasilitator, guru memiliki peran penting dalam mengajarkan siswa cara melakukan validasi informasi, mensintesis informasi, mengkomunikasikan informasi, berkolaborasi dengan informasi dalam memecahkan masalah. Selain itu bagaimana guru mengajarkan siswa menjadi peribadi yang bertanggungjawab, kepercayaan, dan integritas diri, dimana kesemuanya tidak mungkin dilakukan oleh siswa secara mandiri.


Cara guru melakukannya adalah dengan memaksimalkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Keaktifan siswa dalam belajar inilah yang dimaksud dengan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik, pembelajaran bersifat jangka panjang, dan pada akhirnya siswa akan mampu menyelesaikan masalah.

Pada prinsipnya, pembelajaran abad 21 tidak hanya fokus pada peningkatan kemampuan pengetahuan/kognitif, sikap/afektif, dan psikomotorik/keterampilan melainkan telah berkembang dan fokus pada kerangka pembelajaran yang meliputi Life and Career Skills, Learning and Innovation Skills and Information, Media and Technology Skills (Partnership for 21st Century Learning dalam Modul 05 tentang Penerapan Pembelajaran Abad 21 Memanfaatkan Rumah Belajar Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kemendikbud, 2020).

Melalui kerangka pembelajaran abad 21 tersebut siswa diharapkan memiliki kehidupan dan karir yang fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, keterampilan sosialisasi dan budaya, produktif dan akuntabel, serta memiliki kepemimpinan dan tanggung jawab.


Sementara dalam pembelajaran dan inovasi, siswa diharapkan mampu kreatif dan inovasi, berfikir kritis menyelesaikan masalah, serta memiliki kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Kemampuan selanjutnya yang harus dimiliki siswa terkait informasi, media, dan teknologi adalah melek informasi, melek media, dan melek TIK.

Kerangka ini menunjukkan bahwa berpengetahuan saja tidak cukup namun harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif, kritis, dan berkarakter kuat seperti bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, dan adaptif. Disamping itu juga didukng dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi denga baik.

Kerangka pembelajaran tersebut sangat relevan dengan apa yang disampaikan oleh seorang ahli bahwa kesuksesan seorang peserta didik tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga peserta didik harus belajar untuk memilikinya, (Rotherdam & Willingham dalam Trisdiono, 2012).


Menurut National Education Association, untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, peserta didik harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator.

Pendapat tersebut didukung oleh Ruhl yang mengatakan bahwa untuk mewujudkan keterampilan abad 21, seorang pendidik dapat menerapkan pembelajaran efektif melalui long-life learning dengan 6 prinsip, yaitu collaboration, communication, creativity, critical thingking, confidence, dan choice.

Untuk itu, mulai saat ini pembelajaran di sekolah harus menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad 21. Agar seorang pendidik mampu membangun kecakapan pembelajaran abad 21, maka perlu mengetahui tantangan-tantangan pembelajaran abad 21 itu sendiri.

Tantangan guru pada abad 21 menurut Winarno Surakhmad dalam Wasitohadi adalah adanya empat sifat yang muncul di abad 21 yang mempengaruhi kehidupan dan peradaban manusia, diantaranya:

  1. Bahwa akan terjadi perubahan besar di dalam hampir semua bidang kehidupan, dan bahwa perubahan tersebut akan berlangsung semakin hari semakin terakselerasi.
  2. Bahwa peranan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengambil posisi yang sentral yang langsung mempengaruhi bukan saja gaya hidup manusia sehari-hari, namun juga mempengaruhi nilai-nilai seni, moral dan agama.
  3. Bahwa pertarungan dan persaingan hidup antara bangsa-bangsa tidak akan terbatas di bidang ekonomi saja, melainkan juga pada berbagai bidang lainnya seperti bidang budaya dan ideologi.
  4. Bahwa karena pengaruh ilmu dan teknologi, nilai-nilai moral dan agama akan langsung tercabut dan bukan mustahil akan menimbulkan sistem nilai yang berbeda dari apa yang dikenal sampai saat ini. Seiring dengan sentralnya peranan Iptek maka perkembangan industri berbasis Iptek akan berkembang dengan cepat.

Pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi merupakan substansi dari pembelajaran abad 21. Bagian terpenting dari proses pendidikan adalah literasi. Setiap peserta didik yang melakukan literasi dapat meningkatkan pengalaman belajar. Sebaliknya, peserta didik yang tidak berliterasi akan mengalami penurunan pengalaman belajar.

Pendidikan Abad 21 dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Menghadapi tantangan global, peserta didik juga perlu dipersiapkan agar memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21.

Comments