Banjir Dukungan, Program Praktisi Mengajar Solusi Majukan Perguruan Tinggi


Tantangan perkembangan dunia global yang semakin pesat menuntut perguruan tinggi (PT) di Indonesia harus bergerak lebih cepat agar mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Guna menjawab tantangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan program Praktisi Mengajar. Program ini hadir sebagai salah satu solusi yang mendukung transformasi sistem pendidikan tinggi.

Hadirnya praktisi yang mengajar di kampus diharapkan dapat mendukung perencanaan maupun proses pembelajaran berlangsung lebih optimal. Dosen akan memperoleh pengetahuan terbaru tentang dunia industri. Selain itu mahasiswa bisa bertatap muka langsung dengan praktisi.

"Hari ini sangat membahagiakan bagi kita semua, karena saya yakin program Praktisi Mengajar yang diluncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode Kedua Puluh ini akan semakin menguatkan upaya kita mentransformasi sistem pendidikan tinggi," ucap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran secara daring, Jumat (3/6).


Kemendikbudristek mendorong perguruan tinggi untuk mengacu pada delapan Indeks Kinerja Utama (IKU) guna mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan. IKU merupakan ukuran kinerja baru bagi perguruan tinggi untuk mewujudkan perguruan tinggi yang adaptif dengan berbasis luaran lebih konkret.

"Melalui Program Praktisi Mengajar ini kita berharap iklim pembelajaran di kampus akan ikut ter-upgrade, sesuai dengan indikator kinerja perguruan tinggi yang kita targetkan," harap Mendikbudristek.

Program Praktisi Mengajar ini khusus fokus pada tercapainya IKU nomor 4 (empat) dan nomor 7 (tujuh). Merujuk pada IKU nomor 4 yakni praktisi ikut terlibat dalam perencanaan mata kuliah maka kedepannya dosen-dosen di Indonesia akan memperoleh pengetahuan terbaru tentang dunia industri. Mahasiswa juga bisa berinteraksi langsung dengan para praktisi yang telah berpengalaman di bidangnya masing-masing.

Selanjutnya, mengacu pada IKU nomor 7, dimana mahasiswa dapat belajar dengan metode studi kasus masalah riil. Mereka juga dapat menerapkan ilmu dan teori yang diperolehnya pada model pemecahan masalah sekaligus mengembangkan keterampilan nonteknis (soft skills) dalam suatu kelompok kerja sama.


"Pelibatan praktisi atau profesional yang mendorong pembahasan studi kasus dalam kelompok akan mempercepat pencapaian IKU, yang berarti mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan tinggi," kata Mendikbudristek Nadiem.

Program baru Kemendikbudristek ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan maupun instansi/lembaga. Mulai dari Pimpinan Industri sampai Sivitas Akademika siap berpartisipasi untuk menyukseskan proram Praktisi Mengajar.

Menurut Survei Willis Towers Watson 2014-2016 menyebut bahwa 8 dari 10 perusahaan di Indonesia sulit mendapatkan lulusan siap kerja. 

"Ada masalah kualitas, ada masalah kuantitas. Saya merasakan bahwa potensinya sangat besar. Tapi, ketika (mahasiswa) belajar, belum mendapatkan konteks seperti apa di industri. Itu secara kualitas. Ada lagi secara kuantitas. Kita berharap yang kualitasnya sudah bagus, juga jadi merata," papar CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, ketika mengomentari hasil survei tersebut.

Wakil Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Bob Tyasika Ananta turut memberikan tanggapan, "Berdasarkan identifikasi kapabilitas di masa depan, organisasi perlu melakukan perekrutan pegawai baru yang paling sesuai dengan kebutuhan".


Dukungan para pemangku kebijakan atas terobosan Merdeka Belajar Episode 20: Praktisi Mengajar, datang dari berbagai kalangan seperti pendiri Narasi, Najwa Shihab, Direktur Politeknik Negeri Jakarta, Zainal Nur Arifin, dan Rektor Universitas Cendrawasih, Apolo Sapanfo.

Dukungan lain terhadap program ini juga datang dari kalangan mahasiswa yang menilai bahwa program Paktisi Mengajar membawa pembaharuan pada sistem pembelajaran di kelas.

“Saya melihat ada dua manfaat ketika praktisi dan dosen berkolaborasi untuk mengajar di kelas. Pertama, kami dapat mempelajari keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan nonteknis (soft skills) yang diperlukan di dunia kerja nanti. Kedua, dengan pengetahuan dan keterampilan yang kami pelajari, mahasiswa Indonesia dapat bersaing tidak hanya dalam lingkup nasional, tapi juga dalam lingkup internasional," ujar Marsella Silvia, mahasiswa universitas Bandar Lampung ini.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong, Suwandi Amin Sangaji juga turut mengapresiasi program baru pemerintah ini. "Program Praktisi Mengajar sangat spesial bagi saya. Dengan didampingi langsung oleh praktisi, akan memudahkan saya dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat berkonsultasi langsung,” pungkas.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 285/sipers/A6/VI/2022

Comments