Pengertian Teori Belajar Behavioristik dan Implikasinya dalam Kegiatan Pembelajaran



Teori belajar behavioristik merupakan teori yang mempelajari perilaku dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan analisis yang dilakukan terletak pada perilaku yang nampak, terukur, tergambarkan dan dapat diprediksi. Belajar merupakan merupakan upaya melakukan perubahan perilaku manusia yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Behaviorisme bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku individu yang belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon (Robert, 2014). Peserta didik dianggap telah melakukan belajar jika dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Contoh, peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan membaca jika ia bisa menunjukkan kemampuan membacanya dengan baik.

Teori behavioristik hanya mengamati stimulus dan respons. Untuk itu, setiap materi atau perilaku yang ditunjukkan oleh guru disebut stimulus, dan setiap tindakan yang ditunjukkan oleh peserta didik atas tindakan guru disebut respon. Rangkaian perilaku tersebut harus dapat diamati dan dapat diukur. Behavioristik sangat mengedepankan aspek pengukuran, karena dengan melakukan pengukuran maka setiap hal yang penting terkait perubahan tingkah laku dapat dilihat dan dinilai.

Adapun ciri dari teori behavioristik yakni lebih mengutamakan unsur bagian kecil yang bersifat mekanistis, mengutamakan peranan lingkungan, memprioritaskan pembentukan reaksi atau respon, mengedepankan pentingnya latihan, mengutamakan hasil belajar, dan keberhasilan dalam mendapatkan perilaku yang diinginkan. Teori behavioristik sering disebut S-R (Stimulus – Respon). Secara sederhana bahwa pembelajaran dengan teori ini lebih mengedepankan aksi dan rekasi dalam proses pembelajaran di kelas.

Teori belajar behavioristik saat ini masih mendominasi dalam praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini terlihat dalam penyelenggaraan pembelajaran pada tingkat paling dini, seperti Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih cenderung membentuk kelompok bermain, TK, Sekolah Dasar, Sekolah Tingkat Menengah dan Atas, dan pada Perguruan Tinggi.


Implikasi teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran sangat bergantung pada; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan sarana prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah. Pembelajaran dengan teori belajar behavioristik memandang pengetahuan merupakan sesuatu yang obyektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Belajar diasumsikan dengan proses mendapatkan pengetahuan, sedangkan mengajar merupakan proses memindahkan pengetahuan ke peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat memahami dan mengimplementasikan apa yang diterima dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan teori belajar behavioristik, upaya pembiasaan dan mengedepankan disiplin sangat diutamakan. hal ini menjadi inti dari proses belajar sehingga pembelajaran cenderung dikaitkan dengan penegakan disiplin. Ketikmampuan peserta didik dalam menerima pengetahuan dianggap sebagai sebuah kesalahan yang perlu mendapatkan hukuman. Sebaliknya, kemampuan peserta didik dalam menerima pengetahuan dengan baik dikatakan sebagai perilaku yang baik dan perlu mendapatkan reward.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada keberhasilan dalam menambah pengetahuan, dan peserta didik harus menunjukkan ketercapaian hasil belajar dalam bentuk menyusun laporan, kuis, atau tes. Menurut Thorndike (Schunk, 2012), peran yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: 

  1. Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan sendirinya.
  2. Berhati-hati jangan sampai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah, karena mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
  3. Jangan membentuk kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan.
  4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan.


Evaluasi pembelajaran menurut teori ini lebih mengutamakan jawaban benar dan salah. Artinya, bila peserta didik menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang terpisah dari  kegiatan  pembelajaran, dan  biasanya  dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan hasil evaluasi terletak pada kemampuan peserta didik secara individual.

Untuk pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan teori belajar behavioristik ini terutama pada era revolusi industri 4.0 atau era digital, pembelajaran dapat dilakukan dengan pemanfaatan media-media teknologi seperti dengan penggunaan powerpoint dan multimedia. Penggunaan media ini dapat membantu guru dalam penyampaian pesan secara rinci dan efektif.

Comments