Kearifan "Bebubus Kanak Kodeq" bagi Masyarakat Suku Sasak


Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, kepercayaan, dan kearifannya. Setiap daerah pasti memiliki budaya dan kearifan yang tentunya berbeda-beda. Terutama di daerah Lombok yang memiliki kepercayaan dengan tradisi yang berbeda-beda di setiap desanya. Tepatnya di Dusun Kelana Desa Sepakek Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat tradisi atau kearifan yang sangat melekat dan masih dilakukan hingga saat ini.

Masyarakat Kelana Sepakek memiliki banyak sekali kearifan lokal atau kebiasaan sejak dahulu hingga saat ini yang masih dilakukan salah satunya yaitu "Bebubus Kanak Kodeq". Bebubus dalam tradisi Sasak merupakan ramuan yang terbuat dari bahan-bahan seperti, seperti beras, air, dan dicampur dengan bahan lainnya seperti kencur, kunyit, daun pandan, bunga sandat, dan bunga jepun. Bahan-bahan tersebut dalam suku sasak disebut Rampe. Sementara "Kanak Kodeq" dalam bahasa Sasak merupakan sebutan bagi anak kecil. Bebubus Kanak Kodeq merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kelana Sepakek pada anak yang baru lahir. Tradisi ini dilakukan dengan cara 

Bubus tersebut ditaruh di atas kepala (ubun-ubun) anak yang akan sedang mengikuti prosesi bebubus. Konon bubus dipercaya dapat memperkuat ubun-ubun yang masih lembek agar cepat mengeras dan normal. Anak kecil yang baru lahir tersebut agar nantinya tidak terus menerus memukul kepalanya sendiri sampai besar nanti. Tidak hanya itu saja, pada anak kecil yang baru lahir di masyarakat kelana Sepakek mempercayai agar ke depannya menjadi anak yang baik atau tidak nakal yang bisa mengerti dan mematuhi tradisi yang ada.

Adapun cara pembuatan bubus atau pengolahannya cukup mudah dengan merendam beras secukupnya, kencur, kunyit, dan rampe tersebut dihaluskan kemudian dicampur dengan beras yang sudah dipisahkan dari airnya. Kemudian dibentuk menjadi bulat-bulatan kecil setelah itu dikeringkan di bawah sinar matahari langsung dan bisa digunakan setelah kering. Bubus tersebut digunakan dengan menaruhkan sedikit air kemudian ditaruhkan pada ubun-ubun anak kecil tersebut.

Dalam pembuatan bubus ini yang paling unik yaitu pada saat proses merendam beras ditaruhkan sebuah emas, misalnya berupa anting kecil yang konon masyarakat kelana Sepakek mempercayai dengan menaruh anting emas di dalam beras yang masih direndam itu supaya anak yang baru lahir nanti ke depannya akan banyak orang yang menyukai dan tentu tidak ada yang membencinya.

Di berbagai daerah yang ada di Lombok, kepercayaan terhadap tradisi-tradisi yang ada tentu kita harus tetap menghargai meskipun pada masyarakat yang berbeda tidak ikut percaya sepenuhnya dengan tradisi mereka. Kepercayaan terhadap tradisi atau kearifan lokal tersebut sudah menjadi kearifan yang dilakukan secara turun temurun sejak zaman dahulu di setiap daerah, kuhusnya di desa Kelana Sepakek. Sebagian orang yang mempercayai tradisi tersebut (bebubus) diyakini akan memberikan keselamatan dan mendapatkan kehidupan yang baik dan aman kedepannya.


Penulis: Isma Yuliantari
Kelas: XII IPS 4 SMAN 1 Pringgarata

Comments