Sejarah Berdirinya Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI)

Semenjak TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pulang ke Indonesia atas perintah dari guru beliau yang paling di kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. akan tetapi menurut surat yang di kirim oleh Hindia-Belanda, Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah berdiri pada tanggal 17 Agustus 1937.

Adapun yang lebih melatarbelakangi berdirinya NWDI ini, yaitu pada awalnya dengan diadakannya “Halaqah” yang berarti bundaran karena beliau di kelilingi oleh para muridnya, namun karena lama kelamaan muridnya semakin banyak maka halaqah di rubah menjadi pengajian umum. Setelah 3 tahun berjalannya halaqah, cara pembelajarannya dirubah dengan cara-cara yang pernah di lakukan beliau di Mekkah yaitu classical/ berkelas-kelas. Maka mulai dari saat itulah sampe sekarang system itu tetap di terapkan khususnya dalam Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI) sendiri.

A.      Perkembangan Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI)
Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah yakni tempat tinggal masing-masing telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Siangapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.

Namun, jauh sebelum itu semua berkembang dengan begitu pesat, sekiranya kita mengetahui bahwasanya begitu banyak rintangan-rintangan dan ujian yang beliau hadapi khususnya dari masyarakat Pancor sendiri. Salah satu ujian yang cukup berat yang beliau rasakan adalah ketika beliau di fitnah oleh sebagian masyarakat yang memang kontra terhadap beliau yang pada akhirnya beliau tidak diperbolehkan untuk melaksanakan sholat jum’at di Pancor, sehingga dengan terpaksa beliau harus jum’atan di Labuhan Haji selama kurang lebih 3 bulan. Akan tetapi, itu semua tidak membuat semangat beliau lemah dan justru karna itu semua menjadikan beliau lebih termotivasi untuk terus berjuang mendirikan madrasah  dalam rangka menjalankan syariat Islam.

Selain itu juga, alasan beliau untuk terus berjuang mendirikan Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI) karena beliau merasa penyebaran dan pengembangan islam melalui system pendidikan kemadrasahan, yang dimana menurut pandangan beliau saat itu adalah Fardhu Ain, dan juga beliau melihat pada masa itu banyak sekali kebodohan dan keterbelakangan yang melanda sebagian besar masyarakat wilayah Lombok Timur terutama di kalangan remaja sasak yang di akibatkan pleh banyaknya tekanan-tekanan dari tindakan politik colonial Belanda dan kerajaan Hindu-Bali yang sudah beratus-ratus  tahun menguasai daerah Lombok.

Dengan perjuangan Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang begitu besar, ternyata bukan suatu perjuangan yang sia-sia karena beliau berhasil mencapai keinginannya untuk mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniah Islamiah (NWDI) itu sendiri dan terus berkembang seperti yang kita rasakan hingga saat ini. Adapun mata pelajaran yang diajarkan pada saat itu yakni Membaca Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, ushul Tafsir, Hadits, Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Tashawuf, Tarikh, Ilmu-ilmu bahasa Arab seperti Nahwu, Sharaf, Balagoh, ‘Arud, Ilmu falak, Manthiq dan lain-lain. Waktu belajarnyapun dilaksanakan pada sore hari, yakni dari pukul 13.30-17.00 WITA.

Di antara inovasi atau rintisa-rintisan beliau yang lain adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafaat al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain sebagainya.


B. Peranan Penting Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Perjuangannya.
Adapun pada zaman penjajahan itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama "Gerakan al-Mujahidin". Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.

Sekilas perjuangan yang beliau lakukan merupakan suatu bentuk bukti  pengabdian yang bukan hanya terfokus untuk akhirat dalam hal ini adalah agama namun juga beliau berjuang untuk Negara. Dimana hal ini merupakan suatu apresiasi yang luar biasa. Dan sebagai seorang Ulama' mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau.

Singkatnya, Nahdlatu Wathan Diniah Islamiah (NWDI) merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh ulama besar TGKH. Muhammad Zainuddin abdul Madjid untuk mengajar umat islam khususnya para kaum pria dalam rangka untuk menyebarkan dan mengembangkan islam itu sendiri yang dimana hal ini diharapkan mampu mengurangi kebodohan dan keterbelakangan yang melanda sebagian besar kaum remaja sasak akibat tekanan dari berbagai kalangan khususnya dari kolonial Belanda pada masa itu dengan perjuangan yang sepenuh hati. Dan harapannya kedepan bahwa dengan mendirikan NWDI ini, dapat kita laksanakan ajaran-ajaran Islam dengan sempurna berdasarkan mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah. Amin

Comments