Contoh Cara Penulisan Best Practice Menggunakan Metode STAR

Foto: Proses pembelajaran sesuai best practice

Berikut kami bagikan contoh best practice yang disusun menggunakan metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak). Best practice ini ditulis oleh mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kategori I Angkatan II Tahun 2022 Universitas Hamzanwadi Selong atas nama Muhamad Ali Muis.

Contoh best practice ini berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Berbasis Website Menggunakan Strategi Window Shopping Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi".

Dalam best practice ini memuat komponen: Lokasi, Lingkup Pendidikan, Tujuan yang Ingin Dicapai, Penulis, dan Tanggal Penulisan. Sementara komponen STAR dapat dijelaskan sebagai berikut:

S (Situasi)
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Contoh penulisannya:

Pendidikan diharapkan dapat mewujudkan cita-cita bangsa sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan dalam bukunya berjudul Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka seri Pendidikan, bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan kebijakan dan ide kreatif dalam mendesain dan menghadirkan pembelajaran abad 21. Menghadirkan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi peserta didik merupakan tujuan setiap pendidik. Untuk itu kemampuan pada aspek pedagogik pendidik mutlak sangat diperlukan. Berbagai upaya penerapan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran yang variatif dan pemanfaatan teknologi yang relevan dengan kondisi setiap sekolah.

Permasalahan yang menghambat terwujudnya pembelajaran abad 21 yang kreatif dan inovatif, terutama di SMAN 1 Pringgarata diantaranya; 1) masalah rendahnya motivasi belajar peserta didik, 2) kurangnya rasa percaya diri peserta didik dalam poses pembelajaran, 3) perhatian orang tua terhadap prestasi atau hasil belajar peserta didik yang masih kurang, 4) keterbatasan guru dalam menerapkan model belajar inovatif yang disebabkan oleh berbagai faktor, 5) rendahnya kemampuan dan miskonsepsi terhadap literasi dan numerasi peserta didik, 6) kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS) sebagian besar masih rendah, dan 7) masalah pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi masih rendah.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan mendasar dari sekian banyak masalah tersebut yakni rendahnya motivasi belajar peserta didik dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi yang masih rendah. Kedua masalah tersebut menjadi prioritas penyelesaian masalah. Peserta didik mengalami kejenuhan dalam proses pembelajaran akibat metode dan model pembelajaran yang monoton dan usang.

Untuk itu, upaya yang dilakukan adalah dengan menghadirkan pembelajaran inovatif dan kreatif melalui penerapan model pembelajaran blended learning berbasis website dan problem based learning (PBL) pada mata pelajaran Sosiologi. Penerapan model pembelajaran ini sangat penting dilakukan dan dibagikan oleh setiap pendidik guna mewujudkan pembelajaran abad 21. Penerapan model pembelajaran ini juga sangat sesuai dengan karakteristik peserta didik era digitalisasi teknologi saat ini yang sangat praktis dan efisien.

Kehadiran model pembelajaran ini mampu memotivasi dan memberikan pengalaman berharga bagi peserta didik dalam belajar. Disamping itu peserta didik semakin merdeka dalam belajar sesuai dengan karakteristik dan kecerdasan masing-masing. Hal ini sangat relevan dengan apa yang diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara yakni anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.

Peran dan tanggung jawab pendidik dalam proses pembelajaran ini yaitu memastikan bahwa semua peserta didik terfasilitasi kebutuhan belajarnya guna mewujudkan merdeka belajar melalui komitmen, kemandirian, dan reflektif dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran ini peserta didik diberikan keleluasan dalam melakukan eksplorasi dengan bimbingan guru secara intensif. Sehingga pendekatan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) dapat tercapai.

T (Tantangan)

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat.

Contoh penulisannya:

Tantangan dalam mencapai tujuan pembelajaran ini adalah kebijakan pemerintah selaku pemangku kepentingan yang kurang mendukung berupa larangan membawa handphone di sekolah oleh Gubernur NTB. Tantangan lain yang memperparah keadaan yaitu minimnya ketersediaan sarana dan prasarana sekolah berupa akses internet yang masih terbatas.

Tantangan lain adalah munculnya anggapan bahwa pemanfaatan handphone seringkali tidak tepat guna, dan anggapan bahwa pembelajaran dengan teknologi (HP) tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran di kelas. Selain itu, rendahnya perhatian orang tua dalam proses dan hasil belajar peserta didik juga menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut. Dari sisi peserta didik sendiri juga membutuhkan adaptasi yang relatif cukup lamban terhadap model pembelajaran yang sangat baru.

Kebiasaaan peserta didik belajar dengan model pembelajaran konvensional mempengaruhi lambannya proses adaptasi. Sering kali sebagian peserta didik di awal-awal penerapan model ini kurang termotivasi mengikuti pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran ini juga mendapatkan tantangan sekaligus menjadi kelemahan secara teknis, seperti minimnya ketersediaan jaringan internet, perangkat yang kurang memadai, dan tambahan biaya operasional (kuota) untuk akses internet dalam proses pembelajaran. Untuk itu, keterlibatan pihak-pihak lain guna tercapainya tujuan pembelajaran ini sangat diperlukan diantaranya, dukungan kepala sekolah, teknisi IT sekolah, dan lainnya.

A (Aksi)

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini.

Contoh penulisannya:

Dalam rangka mengatasi berbagai tantangan yang muncul, pendidik melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Upaya lain untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan melakukan aksi-aksi nyata seperti dilakukannya dua siklus pembelajaran. Setiap siklus menerapkan langkah-langkah pembelajaran berbasis problem based learning dengan melakukan sintak-sintak secara terstruktur. Pada siklus I menerapkan strategi diskusi pemecahan masalah. Sedangkan pada siklus II menerapkan strategi windows shopping.

Strategi ini dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang berorientasi pada peserta didik. Pada kegiatan ini guru bersama peserta didik terlibat aktif sesuai peran masing-masing. Peserta didik melakukan proses diskusi pemecahan masalah secara berkelompok yang terdiri dari anggota heterogen. Selanjutnya peserta didik melakukan eksplorasi literatur melalui kegiatan literasi dan numerasi menggunakan media website, analisis pemecahan masalah, tutor sebaya, dan presentasi/ pleno hasil melalui proses diskusi dan tanya jawab.

Untuk meningkatkan aktivitas belajar, peserta didik mengisi lembar kerja peserta didik (LKPD). Kemudian guru bersama peserta didik melakukan refleksi pembelajaran dan asesmen formatif (assesment for learning) menggunakan aplikasi online, seperti kahoot.com dan kuis google form live score.

Refleksi pembelajaran bagi pendidik bertujuan untuk menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Sementara refleksi pembelajaran bagi peserta didik bertujuan untuk mencapai kepuasan diri peserta didik memperoleh wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan pendidik. Sedangkan kegiatan asesmen formatif dilakukan oleh pendidik untuk evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Proses pembelajaran yang tidak kalah pentingnya adalah pemberian apresiasi hasil asesmen oleh pendidik kepada peserta didik.

Untuk mencapai proses ini secara maksimal dibutuhkan dukungan sumber daya yang baik. Sumber daya yang dimaksud adalah ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah yang memadai, kemampuan guru maupun peserta didik dalam memanfaatkan teknologi secara maksimal, serta ketersediaan media dan sumber belajar yang relevan.

R (Refleksi Hasil dan dampak) 

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut.

Contoh penulisannya:

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pembelajaran bahwa penerapan model pembelajaran blended learning berbasis website dan problem based learning (PBL) sangat efektif dan berdampak positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Peserta didik sangat tertarik, antusias dan bersemangat mengikuti semua proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam setiap kegiatan atau aktivitas pembelajaran memberikan kebebasan terhadap peserta didik untuk memilih cara belajar. Sehingga pembelajaran berdifrensiasi berlangsung sangat efektif.

Pada kegiatan refleksi peserta didik mengungkapkan kepuasan atas semua rangkaian proses belajar yang telah dilalui. Hasil asesmen formatif menunjukkan progress yang signifikan dibandingkan dengan sebelum menerapkan model pembelajaran ini.

Penerapan model pembelajaran ini mendapatkan apresiasi dari peserta didik, rekan sejawat (guru), dan pimpinan. Kedepan model pembelajaran ini rencananya akan diimplementasikan pada pelajaran-pelajaran lain oleh rekan sejawat, seperti pada mata pelajaran matematika, penjaskes, bahasa inggris, dan lainnya.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran ini dapat dipastikan sangat efektif dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMA Negeri 1 Pringgarata. Keberhasilan ini tidak terlepas dari asesmen diagnostik yang intensif dengan analisis identifikasi masalah yang tepat dan cermat. Komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi dengan semua pihak dilakukan secara simultan sehingga persiapan sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung lancar.

Pembelajaran yang didapatkan dari semua proses aksi adalah bahwa keberhasilan suatu pembelajaran di kelas tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mendesain model pembelajaran yang menarik, melainkan harus didukung oleh semua stakholder terkait. Pembelajaran tetap dapat berlangsung menarik meski dengan media-media sederhana. Hal terpenting adalah pendidik memahami karakteristik peserta didik, media pendukung, kondisi sekolah, dan asesmen yang tepat.



Catatan:
Untuk memperkuat narasi dalam best practice, silahkan lampirkan foto maupun data pendukung lainnya.

Comments