Pembentukan Karakter Peduli Sosial Generasi Milineal Dengan Pembelajaran Discovery Menggunakan Media Film Kisah Nyata Pada Mata Pelajaran Sosiologi

Peserta 15 Besar Olimpiade Guru Nasional (OGN) 2019 di Senayan - Jakarta


Tulisan kali ini akan membagikan isi pembahasan artikel tentang "Pembentukan Karakter Peduli Sosial Generasi Milineal Dengan Pembelajaran Discovery  Menggunakan Media Film Kisah Nyata Pada Mata Pelajaran Sosiologi" yang ditulis oleh Muhamad Ali Muis, S.Pd. Artikel ini merupakan persyaratan mengikuti Olimpiade Guru Nasional 2019 yang telah dinyatakan LULUS 15 besar nasional pada mata pelajaran Sosiologi.

Pembahasan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta arus Informasi di era Globalisasi dewasa ini sangat pesat. Perkembangan ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk lembaga pendidikan, disertai dengan berbagai dampaknya. Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi manusia, sehingga dampak yang disebabkan oleh perkembangan global diharapkan progresif (kemajuan).

Kecenderungan menimbulkan dampak regresif (kemunduran) dari perkembangan tersebut juga tidak dapat dipungkiri. Ancaman melemahnya karakter generasi bangsa semakin terlihat. Untuk itu, dalam rangka mengantisipasi melemahnya karakter generasi milineal (peserta didik), pendidikan karakter sangat dibutuhkan. Dalam membentuk karakter melalui pendidikan karakter dibutuhkan formulasi pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan saintifik dengan metode discovery learning (penemuan). Penerapan metode ini disertai dengan media pembelajaran menggunakan film kisah nyata. Adapun strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran yakni membangun harmonisasi hubungan antara guru dengan peserta didik. Membangun harmonisasi yang dimaksud adalah menciptakan pola hubungan antara guru dengan siswa yang bersahabat di dalam maupun di luar kelas. Sehingga dengan strategi ini peserta didik memperoleh kenyamanan dalam proses pembelajaran dan bergaul keseharian di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Pendekatan, metode, strategi, dan pemanfaatan media film kisah nyata ini dianggap sebagai formulasi yang efektif untuk membentuk karakter peserta didik selaku generasi milineal ditengah globalisasi. Adapun media pembelajaran dari film yang digunakan adalah film kisah nyata yang telah ditayangkan di televisi nasional Indosiar dengan judul “Anak Penjual Rujak Cireng Menjadi Pemilik Rumah Sakit”.

Pemilihan menggunakan media film dari kisah nyata lebih kontekstual dibandingkan dengan film karangan fiktif. Pesan-pesan moral dalam film kisah nyata lebih rill. Film ini merupakan film yang sarat dengan pesan moral yang dapat menumbuhkan berbagai karakter peserta didik, khususnya karakter peduli sosial. Sekaligus film ini sangat berkaitan dengan materi Relasi Antarkelompok dan Terciptanya Keharmonisan Sosial dalam Kehidupan Masyarakat atau Publik untuk kelas XI IPS semester ganjil pada mata pelajaran sosiologi.

Keterkaitan materi pelajaran dengan isi film dan proses pembentukan karakter peserta didik sangat utama. Untuk itu, film harus dipilih agar sesuai dengan pelajaran yang sedang diberikan dan karakter yang diharapkan. Guru harus mengenal film yang tersedia dan lebih dahulu mencermatinya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu disiapkan sebelumnya. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar peserta didik jangan hanya memandang film itu sebagai hiburan, seorang guru harus meminta peserta didik untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sesudah itu dapat ditest berapa banyak yang dapat mereka tangkap dari isi film tersebut.

Agar keterkaitan materi pelajaran dengan isi film dan proses pembentukan karakter, khususnya karakter peduli sosial bagi peserta didik dapat teridentifikasi dengan jelas, maka langkah-langkah dalam proses pembelajaran harus tepat dan sederhana.


A. Langkah-langkah Sederhana Penggunaan Media Film Kisah Nyata dalam Pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan media film, terdapat beberapa langkah/tahapan kegiatan sederhana yang harus dijalankan, yakitu:

1.    Tahap Pendahuluan
Dalam tahap pendahuluan, guru melakukan kegiatan orientasi dan apersepsi. Pada kegiatan ini seorang guru mempersiapkan situasi belajar yang kondusif, diawali dengan memberikan sambutan hangat kepada peserta didik. Guru menyampaikan gambaran umum tentang film yang telah disiapkan dan kaitannya dengan materi yang akan dipelajari.

Selain itu, pada tahap ini guru memberikan dan memastikan peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan serta menyepakati kegiatan yang akan dilakukan secara bersama seperti menyimak film. Selanjutnya peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok belajar.

2.    Tahap Inti
Dalam tahap ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Pertama, seorang guru memutarkan film dan meminta peserta didik secara kelompok menyimak, mengamati, dan mencermati isi film kisah nyata yang diputarkan. Pada kegiatan ini, peserta didik mengamati adegan dan skenario dari film dengan cermat untuk menemukan keterkaiatannya dengan materi pelajaran.
Kedua, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan isi film yang telah disimak untuk mendapatkan gambaran sederhana tentang keterkaiatan film dengan materi pelajaran. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik dalam melakukan diskusi lanjutan bersama kelompok masing-masing. Dengan demikian akan memperoleh hasil analisis yang diperlukan.

Ketiga, peserta didik diminta mencoba dan mengasosiasikan sebuah argumentasi/nalar/analisa secara berkelompok mengenai keterkaitan/hubungan materi relasi antarkelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik dengan isi film yang telah disimak, diamati, dan dicermati. Dalam kegiatan mencoba dan mengasosiasikan, peserta didik diharapkan dapat menghasilkan suatu kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan. Analisa film dengan materi pelajaran yang dihasilkan merupakan pokok dari pembentukan karakter peduli sosial.

Keempat, peserta didik secara berkelompok menyusun dan mempresentasikan hasil analisa terhadap isi film yang berkaitan dengan materi relasi antarkelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik. Dalam proses penyusunan dan presentasi hasil analisa, peserta didik diharapkan dapat mengidentifikasi dan menginternalisasikan nilai-nilai moral dalam film untuk membentuk karakter khususnya karakter peduli sosial.

3.    Tahap Penutup
Pada tahap ini peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari berdasarkan isi film kisah nyata yang telah disimak, diamati, dan dicermati bersama. Peserta didik dengan bimbingan guru kemudian melakukan evaluasi pembelajaran dan saling memberikan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai. Disamping itu, guru memberikan penguatan-penguatan terhadap materi yang telah dipelajari.


B.  Menghubungan Isi Film dengan Materi Pelajaran dan Proses Pembentukan Karakter Peduli Sosial.
Berdasarkan langkah-langkah sederhana penggunaan media film kisah nyata dalam pembelajaran diatas, untuk mengidentifikasi hubungan atau keterkaitan isi film dengan materi pelajaran dan proses pembentukan karakter peduli sosial, dibutuhkan kecermatan seorang guru dalam memberikan penguatan terhadap materi relasi antarkelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik. Penguatan tersebut sekaligus disertai dengan evaluasi pada bagian kegiatan penutup proses pembelajaran.

Untuk itu, yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan adalah memilih bagian-bagian tertentu dari adegan dan skenario film yang berkaitan dengan materi pelajaran dan proses pembentukan karakter peduli sosial. Mengacu pada isi film, guru juga dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan sederhana untuk melatih dan menguji tingkat pemahaman atas materi pelajaran dan kepedulian peserta didik. Contohnya, pada bagian mana dari film yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan sudah tepatkah atau tidak sikap dan perilaku keluarga penjual rujak cireng?

Dalam film kisah nyata ini, banyak adegan dan skenario penting yang dapat dijadikan bahan diskusi untuk membentuk karakter peduli sosial peserta didik, antara lain:
  1. Ketika penjual rujak cireng kesulitan ekonomi tidak mau dibantu oleh keluarga sendiri
  2. Menjual rumah untuk pengobatan ibunya
  3. Anak penjual rujak cireng (ajeng) dan keluarganya difitnah
  4. Mengalami pengucilan dari keluarga sendiri, namun disikapi dengan perlakuan yang baik
  5. Disaat penjual rujak cireng sedang kesulitan ekonomi masih sempat bersedekah, dan lain-lain.
Dari uraian adegan dan skenario film yang telah disebutkan diatas, dalam proses pembelajaran dapat dimanfaatkan oleh  guru sebagai bahan diskusi yang menarik. Diskusi yang mendalam dapat melatih dan menguji tingkat pemahaman materi pelajaran dan tingkat kepedulian peserta didik dalam rangka proses pembentukan karakter peduli sosial. Untuk melatih dan menguji tingkat kepedulian sosial peserta didik, dapat dilihat dari respon atau tanggapan yang diberikan mengenai sikap dan perilaku keluarga penjual rujak cireng.

Respon atau tanggapan yang diberikan peserta didik terkait dengan adegan dan skenario film dapat dipastikan akan beragam. Untuk itu, seorang guru pada bagian akhir harus menyatukan keberagaman respon atau tanggapan tersebut dalam bentuk sebuah kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diberikan berkaitan dengan sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan teori Emile Durkheim tentang solidaritas mekanik dan solidaritas organik.

Menurut Emile Durkheim (dalam  Paul Johnson,1994:183), untuk menganalisa masyarakat keseluruhannya menggunakan solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan kelompok sosial yang mengutamakan persamaan perilaku dan sikap. Dimana anggota kelompok masyarakat didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama (collective consciousness/conscience). Sedangkan solidaritas organik, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai profesi.

Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Dimana anggota masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif dan interaksi didasarkan pada hubungan yang dekat, intim, dan tatap muka. Sementara solidaritas organik hubungan yang terjalin atas dasar kepentingan ekonomi, politik, dan lain-lain.

Dalam film kisah nyata tersebut terdapat beberapa adegan dan skenario yang menunjukkan solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik banyak ditunjukkan oleh pemeran utama dalam film penjual rujak cireng. Meskipun mendapat perlakuan yang tidak baik, namun tetap membalasnya dengan sikap dan perilaku yang baik. Bahkan ketika memperoleh kesuksesan menjadi pemilik rumah sakit, justru semakin menunjukkan kepedulian yang luar biasa dengan membantu orang yang telah menzaliminya. Sikap dan perilaku tersebut dapat membentuk relasi antarkelompok yang solid dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik yang teratur.

Sebaliknya, pemeran antagonis dalam film atau dalam konteks masyarakat yang lebih luas yang menganut solidaritas organik akan cenderung individualis. Masyarakat akan lebih mengutamakan kepentingan pribadi ketimbang kepentingan umum (masyarakat). Sehingga sulit menciptakan suatu relasi antarkelompok dan keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian, melalui pembelajaran dari film kisah nyata diatas yang disertai dengan implementasi yang maksimal terhadap pesan-pesan moral dalam film tersebut dapat mengarah pada proses pembentukan karakter peduli sosial peserta didik.

Penutup
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, metode discovery learning, dan pemanfaatan media film kisah nyata dapat menghadirkan proses belajar yang menarik. Dengan penggunaan metode tersebut, peserta didik secara aktif dan terlatih untuk menemukan suatu gagasan atau argumentasi nalar. Pemanfaatan media film dapat memberikan gambaran yang lebih kontekstual dalam menghubungkan isi film dengan materi pelajaran.

Media film kisah nyata sangat baik dan efektif digunakan dalam membahas materi-materi sosial untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan kontekstual. Dalam satu media film pada dasarnya bisa digunakan untuk mengkaji beberapa permasalahan atau materi pelajaran, tergantung sudut pandang seorang guru dalam memilih bagian-bagian tertentu dalam film yang relevan dengan konteks.

Pemanfaatan media film yang tepat juga baik untuk proses pembentukan karakter peserta didik, khususnya karakter peduli sosial. Pada saat peserta didik menyimak dan merepson adegan atau skenario dalam film, maka disaat bersamaan karakter peserta didik akan mulai terbentuk. Siswa akan mulai terlatih untuk menilai sikap dan perilaku yang tepat dalam kehidupan bermasyarakat. Peserta didik mampu membedakan sikap dan perilaku yang baik dan benar sesuai dengan tata nilai dan norma sosial.

Daftar Pustaka

Fauzan. 2013. "Implementasi Kurikulum 2013". Bahan Presentasi (PPT ) Bimbingan Teknis (Bimtek), tidak diterbitkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Selong.
Indosiar. 2018. Film Anak Penjual Rujak Cireng Keliling Jadi Pemilik Rumah Sakit. (https://www.youtube.com/watch?v=1hj8JftoSaM. Diakses 31 Januari 2019)
Lutfiyah, Elly. 2012. Media Film Sebagai Media Pembelajaran. (http://elly-lutfiyah.blogspot.com/2012/06/media-film-sebagai-media-pembelajaran.html. Diakses 31 Januari 2019)
Mulyana, Aina. 2018. Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang-undang-uu-nomor-20-tahun-2003.html. Diakses 25 Januari 2019).
Paul Jhonson, Doyle. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Teori Sosiologi Modern (terj. Robert M. Z. Lawang). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar 1945. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 4301. Sekretariat Negara. Jakarta.
Riadi, Muchlisin. 2017. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). (https://www.kajianpustaka.com/2017/09/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-learning.html. Diakses 31 Januari 2019)
Saharuddin. 2011. “Struktur Wacana Iklan dalam Harian Radar Lombok Edisi 18 Juli 2011.” Skripsi, tidak diterbitkan, STKIP Hamzanwadi Selong: Lombok Timur.
Soekanto, Soerjono1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Trys99. 2014. Macam-Macam Metode Pembelajaran. (https://trys99.wordpress.com/2014/03/26/macam-macam-metode-pembelajaran/). Diakses 27 Januari 2019)
Wikipedia. 2018. Milenial. (https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial. Diakses 27 Januari 2019)
Zakky. 2018. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli dan Secara Umum. (https://www.zonareferensi.com/pengertian-pendidikan/. Diakses 31 Januari 2019)

Comments