Contoh Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengggelar Silaturahmi Merdeka Belajar (SBM) dengan mengusung tema "Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka". Kegiatan ini merupakan upaya Kemendikbudristek dalam mengawal dan memastikan implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) berjalan dengan baik di satuan pendidikan.

Acara tersebut berlangsung pada Kamis (23/2/2023) dan diharapkan dapat menjadi wadah bagi satuan pendidikan untuk saling belajar dan menginspirasi satu sama lain terkait pelaksanaan Kurikulum Merdeka.

Kepala SMAN 1 Jawilan Serang, Banten, Satiri selaku narasumber pertama dalam acara silaturahmi ini memaparkan bagaimana IKM memberikan dampak positif, terutama bagi peserta didik. Dari praktik IKM yang diterapkan di SMAN 1 Jawilan, terbukti mampu meningkatkan kemampuan bernalar dan kreativitas siswa. Selain itu, para guru menjadi lebih terpacu untuk selalu ingin belajar.

"Setiap Jumat kami sudah membiasakan diri dengan istilah "Jumbesagu", (kepanjangan dari) Jumat Belajar Bersama Guru. Bahkan dari kalangan guru atau fasilitator, ada juga yang mengistilahkan "Jus Anggur", yakni Jumat Siang Anti Nganggur," ucap Satiri.

Narasumber kedua adalah Guru SMP Islam Athirah Bone, Sulawesi Selatan, Muhammad Nurholis mengungkapkan alasan sekolah memilih penerapan Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah. Menurutnya, Kurikulum Merdeka dapat mendorong tumbuhnya ekosistem pendidikan yang semakin baik.

Nurholis menceritakan bahwa ekosistem pendidikan yang baik dimulai dari penyusunan strategi, persiapan sumber daya manusia (SDM), serta pengadaan sarana dan prasarana di sekolah. Semua dijalankan dengan gotong royong, mengedepankan semangat learning by doing, dan menjalankan konsep pembelajar sepanjang hayat.

"Kini penerapan kurikulum Mandiri Berubah sudah berdampak positif. Para siswa seakan-akan sudah tahu ke mana muara pembelajaran yang akan dilakukan dan apa yang akan dihasilkan," ungkap Nurcholis dikutip dari laman resmi Kemendikbudristek, Rabu (1/3/2023).

Lebih lanjut, Nurholis menjelaskan bahwa animo peserta didik dalam belajar sangat tinggi, meskipun sudah disiapkan pihak sekolah, tak jarang para siswa turut melibatkan orang tua mereka untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa IKM telah menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif karena saling mendukung dalam proses pembelajaran.

"Tentu (IKM) berdampak positif baik untuk guru maupun siswa. Meski sekolah sudah menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana terkait dengan pembelajaran berbasis proyek, namun saking tingginya animo siswa, mereka turut melibatkan orang tua yang ada di rumah," ujarny.

Selanjutnya, Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 26 Kota Jambi, Yul Pendri juga menceritakan manfaat dari IKM bagi para siswa dan guru. Menurut Pedri, selama ini para guru hanya menggunakan buku sebagai bahan ajar kepada siswa dan menjadikannya acuan dalam pembelajaran. Namun sekarang prosesnya lebih bervariatif, terintegrasi dengan IT dan lebih mewakili kearifan lokal.

"Siswa lebih terfasilitasi dengan adanya keberagaman proses belajar. Konten pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah menjadi lebih menarik sesuai dengan karakteristik siswa," ucap Pendri.

Selain itu, Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cemara Kasih, Jimbaran, Bali, Agnes Rini Astuti juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kebijakan Kurikulum Merdeka. Penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah PAUD Cemara Kasih menggunakan prinsip belajar sambil bermain.

Agnes menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum Merdeka, para pengajar PAUD memiliki ruang untuk bereksplorasi sesuai kebutuhan peserta didik. "Kami diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan (kurikulum) juga disempurnakan dan difasilitasi lewat PMM sehingga prosesnya lebih terarah," ungkapnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data Kemendikbudristek bahwa terdapat sekitar 156 ribu sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka dalam berbagai jalur. Adapun tiga pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) secara mandiri, yakni Merdeka Belajar, Merdeka Berubah, dan Merdeka Berbagi. Tujuannya adalah untuk mengatasi krisis belajar melalui peningkatan kualitas pembelajaran bagi semua peserta didik di Indonesia.

Dalam acara tersebut, pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Direktur PMPK), Kemendikbudristek, Aswin Wihdiyanto mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik yang berfokus pada materi esensial dan pembelajaran yang fleksibel.

Comments