PEMBELAJARAN sosiologi di era modern menuntut pendekatan yang tidak hanya berorientasi pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, analisis sosial, dan kemampuan memecahkan masalah nyata yang dihadapi masyarakat. Salah satu strategi yang semakin banyak diadopsi dalam pembelajaran sosiologi adalah Problem-Based Learning (PBL). Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai aktor utama dalam proses belajar, di mana mereka diajak untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi terhadap masalah sosial yang kompleks dan relevan dengan kehidupan nyata.
Penggunaan PBL dalam pembelajaran sosiologi memiliki keunggulan dalam membangun kompetensi siswa secara holistik. Melalui konstruksi kasus dan masalah nyata, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas dalam menyusun solusi. Pendekatan ini juga mampu meningkatkan motivasi belajar karena siswa merasa terlibat langsung dalam proses yang bermakna dan kontekstual. Selain itu, PBL mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan analisis data sosial, memahami dinamika masyarakat, serta menerapkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam menyelesaikan masalah.
Urgensi penguasaan desain pembelajaran berbasis masalah sosial ini semakin dirasakan seiring dengan tantangan zaman yang semakin kompleks dan dinamis. Masyarakat saat ini dihadapkan pada berbagai isu sosial seperti ketimpangan, konflik, dan perubahan sosial yang cepat. Oleh karena itu, guru perlu mampu merancang pembelajaran yang mampu membekali siswa dengan kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah tersebut secara kritis dan inovatif. PBL menjadi salah satu solusi strategis yang mampu menjawab tantangan tersebut, karena mampu mengintegrasikan aspek teori dan praktik secara seimbang.
Penggunaan PBL dalam pembelajaran sosiologi memiliki keunggulan dalam membangun kompetensi siswa secara holistik. Melalui konstruksi kasus dan masalah nyata, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas dalam menyusun solusi. Pendekatan ini juga mampu meningkatkan motivasi belajar karena siswa merasa terlibat langsung dalam proses yang bermakna dan kontekstual. Selain itu, PBL mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan analisis data sosial, memahami dinamika masyarakat, serta menerapkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam menyelesaikan masalah.
Urgensi penguasaan desain pembelajaran berbasis masalah sosial ini semakin dirasakan seiring dengan tantangan zaman yang semakin kompleks dan dinamis. Masyarakat saat ini dihadapkan pada berbagai isu sosial seperti ketimpangan, konflik, dan perubahan sosial yang cepat. Oleh karena itu, guru perlu mampu merancang pembelajaran yang mampu membekali siswa dengan kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah tersebut secara kritis dan inovatif. PBL menjadi salah satu solusi strategis yang mampu menjawab tantangan tersebut, karena mampu mengintegrasikan aspek teori dan praktik secara seimbang.
Dalam konteks kurikulum Merdeka Belajar, pengembangan pembelajaran berbasis masalah sosial juga sejalan dengan prinsip pemberdayaan siswa sebagai pelaku aktif dalam proses belajar. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada hasil akhir, tetapi juga pada proses belajar yang melibatkan refleksi, diskusi, dan kolaborasi. Dengan demikian, siswa sebagai calon guru perlu memahami secara mendalam bagaimana merancang dan mengimplementasikan PBL yang efektif, serta mampu menilai keberhasilannya melalui penilaian autentik yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis masalah sosial ini.
Baca juga: 5.1 Problem Based Learning (PBL) dalam Sosiologi (klik disini!)
Penulis: Muhamad Ali Muis, M.Pd., Gr. dan Yusri Hidayatullah, S.Pd., Gr.
Baca juga: 5.1 Problem Based Learning (PBL) dalam Sosiologi (klik disini!)
Penulis: Muhamad Ali Muis, M.Pd., Gr. dan Yusri Hidayatullah, S.Pd., Gr.
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…